Kamis 13 Januari 2011. 1. Sejarah Latar Belakang Munculnya Persoalan Kalam/Teologi dalam Islam. Teologi secara etimologi terdiri dari kata "Theos" artinya "Tuhan" dan "Logos" yang berarti "Ilmu". Jadi teologi berarti "ilmu tentang Tuhan". Teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan pertaliannya dengan manusia
1. Pengertian Filsafat Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata philos yang berarti cinta atau suka, dan sophia berarti pengetahuan atau kebenaran. Maka philosophia adalah cinta pada pengetahuan/kebijakan/kebenaran. Sehingga kajian dari filsafat adalah alam pikiran atau alam berpikir untuk menggali kebenaran atau menggali hakekat sesuatu. Definisi yang lebih lengkap dari filsafat adalah ilmu tentang prinsip, ilmu yang mempelajari dengan mempertanyakan secara radikal segala ralitas melalui sebab-sebab terakhir, melalui asas-asasnya guna memperoleh pandangan insight yang tepat mengenai realitas W. Poespoprodjo, 1999. Definisi lain menyatakan bahwa berfilsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia. Dengan kata lain filsafat sampai kepada merangkum sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya Uyoh Sadulloh, 2009. Dari definisi-definisi di atas, dapatlah diterapkan kriteria-kriteria berikut terhadap berpikir secara filsafat 1. Menyeluruh Kaitan komponen dalam suatu cabang ilmu, bahkan dengan pengetahuan lain, ditelaah secara mendalam, sehingga semakin mendalam dan meluas pemahaman seseorang terhadap suatu fenomena, maka semakin banyak pertanyaan memerlukan jawaban. Socrates berkata, “Yang saya tahu adalah bahwa saya tidak tahu apa-apa.” 2. Fundamental Berpikir filsafat adalah berpikir secara fundamental mendasar sampai ke akar permasalahan radix. Proses ini mempertanyakan tentang mengapa ilmu disebut benar? Apa kriteria benar? Apakah kriteria itu sendiri benar? Lalu, benar sendiri apa? Socrates mengemukakan bahwa tugas filsafat bukanlah menjawab pertanyaan kita, namun mempersoalkan jawaban yang diberikan oleh kita. 3. Spekulatif Spekulatif menelusuri sebuah lingkaran harus dimulai ari sebuah titik, tetapi titik mana? Filsafat harus menentukan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak dapat diandalkan. Tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Jadi, filsafat adalah dasar dari semua pengetahuan yang mempersoalkan cara-cara mengetahui dan mengembangangkan pemikiran yang mencakup apa yang diketahui ontologi, bagaimana cara mengetahui epistemologi, dan apa manfaat dari yang diketahui aksiologi. 2. Lapangan Filsafat Immanuel Kant mengajukan empat pokok pertanyaan yang harus dijawab oleh filsafat, yaitu 1. Apa yang boleh saya harapkan? 2. Apa yang dapat saya ketahui? 3. Apa yang harus saya perbuat? 4. Apakah manusia itu? Pertanyaan pertama dapat dijawab oleh metafisika, pertanyaan kedua dijawab oleh epistemologi, pertanyaan ketiga dijawab oleh etika, dan pertanyaan keempat dijawab oleh filsafat antropologi. Sidi Gazalba 1973 dalam Uyoh Sadulloh 2009 mengemukakan bidang permasalahan filsafat terdiri atas 1. Metafisika, dengan pokok-pokok masalah filsafat hakikat atau ontologi, filsafat alam atau kosmologi, filsafat manusia, dan filsafat ketuhanan atau teodyce. 2. Teori pengetahuan, yang mempersoalkan hakikat pengetahuan, dari mana asal atau sumber pengetahuan, bagamana membentuk pengetahuan yang tepat dan yang benar, apa yang dikatakan pengetahuan yang benar, mungkinkah manusia mencapai pengetahuan yang bendar dan apakah dapat diketahui manusia, serta sampai di mana batas pengetahuan manusia. 3. Filsafat nilai, yang membicarakan hakikat nilai, di mana letak nilai, apakah pada bendanya, atau pada perbuatannya, atau pada manusia yang menilainya, mengapa terjadi perbedaan nilai antara seseorang dengan orang lain, siapakah yang menentukan nilai, mengapa perbedaan ruang dan waktu membawa perbedaan penilaian. Selanjutnya Butler 1957 mengemukakan beberapa yang dibahas dalam filsafat, yaitu 1. Metafisika, membahas teologi, kosmologi, dan antropologi. 2. Epistemologi, membahas hakikat pengetahuan, sumber pengetahuan, dan metode pengetahuan. 3. Aksiologi, membahas etika dan estetika. Alat-alat yang digunakan dalam merumuskan dan mengklarifikasikan filsafat pendidikan, adalah berkaitan dengan lapangan filsafat yang menjadi perhatian sentral bagi guru metafisika, epistemologi, aksiologi, etika, estetika, dan logika. Masing-masing dari bidang ini memfokuskan pada salah satu pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan Apakah hakekat dari realitas? Apakah hakekat dari pengetahuan dan apakah kebenaran dapat dicapai? Menurut nilai-nilai apakah seharusnya seseorang itu tinggal dalam kehidupan? Apakah yang baik dan apakah yang buruk? Apakah hakikat dari kecantikan dan pengalaman? Dan akhirnya apakah proses-proses nalar memberikan hasil-hasil yang valid secara konsisten? 3. Makna Pendidikan Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungn sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkugan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Dari pengertian di atas ada beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang dilaksanakan Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya sampai tutup usia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia. Pemerintah, masyarakat, harus berusaha semaksimal mungkin agar pendidikan mencapai tujuan yang ditetapkan. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia akan memiliki suatu kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang tidak boleh tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Dari tiga prinsip di atas, tersirat pesan bahwa pendidikan merupakan proses transformasi nilai dari generasi ke generasi berikutnya. Proses transformasi nilai ini dilakukan melalui kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Maka, dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tersebut harus berjalan secara terpadu dan berkelanjutan serta serasi dengan perkembangan peserta didik dan lingkungan hidupnya. Nilai-nilai yang akan kita transformasikan tersebut mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai keterampilan. Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka, di sini pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan. 4. Filsafat Pendidikan Filsafat, selain memiliki lapangan tersendiri, ia memikirkan asumsi fundamental cabang-cabang pengetahuan lainnya. Apabila filsafat berpalilng perhatiannya pada sains, maka akanlahir filsafat sains. Apabila filsafat menguji konsep dasar hukum, maka akan lahir filsafat hukum. Dan, apabila filsafat berhadapan dan memikirkan pendidikan, maka akan lahirlah filsafat pendidikan. Al-Syaibany 1979 dalam Uyoh Sadulloh 2009 menyatakan bahwa filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan. Filsafat itu mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang menjadi dasar dari falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis. Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti a Hakikat kehidupan yang baik, karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya; b Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan; c Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses sosial; d Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya. Selanjutnya al-Syaibany 1979 mengemukakan bahwa terdapat beberapa tugas yang diharapkan dilakukan oleh seorang filsuf pendidikan, di antaranya a Merancang dengan bijak dan arif untuk menjadikan proses dan usaha-usaha pendidikan pada suatu bangsa; b Menyiapkan generasi muda dan warga negara umumnya agar beriman kepada Tuhan dengan segala aspeknya; c Menunjukkan peranannya dalam mengubah masyarakat, dan mengubah cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih baik; d Mendidik akhlak, perasaan seni, dan keindahan pada masyarakat dan menumbuhkan pada diri mereka sikap menghormati kebenaran, dan cara-cara mencapai kebenaran tersebut. Filsuf pendidikan harus memiliki pikiran yang benar, jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan ketuhanan, kemansiaan, pengetahuan kealaman, dan pengetahuan sosial. Filsuf pendidikan harus pula mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar pada nilai-nilai kebaikan, keindahan, dan kebenaran. Keneller 1971 menyebutkan filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsamat dalam lapangan pendidikan. Seperti halnya filsafat, filsafat pendidikan dapat dikatakan spekulatif, preskriptif, dan analitik. Filsafat pendidikan dikatakan spekulatif karena berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia, yang sangat bermanfaat dalam menafsirkan data-data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda. Filsafat dikatakan preskriptif apabila filsafat pendidikan menentukan tujuan-tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan tersebut. Pendidikan yang bedasarkan pada falsafah Pancasila yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 adalah preskriptif. Karena, secara tersurat menentukan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Pendidikan yang berdasarkan Pancasila juga menentukan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, dengan melalui jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah, dilengkapi pula dengan aturan-aturan yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Filsafat pendidikan dikatakan analitik, apabila filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan preskriptif. Misalnya menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan pendidikan, dan menguji bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain. Misalnya kita memperkenalkan konsep Cara Belajar Siswa Aktif. Kita kaji konsep tersebut dengan menganalisis dari sudut pandang falsafah Pancasila. Filsafat pendidikan analitik menguji secara logis konsep-konsep pendidikan, seperti apa yang dimaksud dengan Pendidikan Dasar 9 Tahun, Pendidikan Akademik, Pendidikan Seumur Hidup, dan sebagainya. 5. Pentingnya Filsafat Pendidikan Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan membutuhkan filsafat. Mengapa pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak terbatasi oleh pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan yang faktual, tidak memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi maupn sebagai pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat dan filsafat pendidikan karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dimengerti sepenuhnya tanpa mengetahui tujuan akhirnya. Tujuan akhir pendidikan perlu dipahami dalam kerangka hubungannya dengan tujuan hidup tersebut, baik tujuan individu maupun tujuan kelompok. Guru sebagai pribadi, memiliki tujuan dan pandangan hidupnya. Guru sebagai warga masyarakat atau warga negara memiliki tujuan hidup bersama. Hubungan filsafat dengan pendidikan dapat kita ketahui, bahwa filsafat akan menelaah suatu realitas dengan lebih luas, sesuai dengan ciri berpikir filsafat, yaitu radikal, sistematis, dan universal. Konsep tentang dunia dan pandangan tentang tujuan hidup tersebut akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan. Filsafat pendidikan harus dapat menjawab empat pertanyaan pendidikan secara menyeluruh, yaitu 1 Apakah pendidikan itu? 2 Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan? 3 Apakah yang seharusnya dicapai oleh pendidikan? 4 Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat dicapai? Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dengan falsafah umum, falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Filsafat pendidikan juga secara vital berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan pada banyak permasalahan pendidikan. Lima tujuan filsafat pendidikan dapat mengklarifikasi bagaimana dapat berkontribusi pada pemecahan-pemecahan tersebut a. Filsafat pendidikan terkait dengan peletakan suatu perencanaan, apa yang dianggap sebagai pendidikan terbaik secara mutlak. b. Filsafat pendidikan berusaha memberikan arah dengan merujuk pada macam pendidikan yang terbaik dalam suatu konteks politik, sosial, dan ekonomi. c. Filsafat pendidikan dipenuhi dengankoreksi pelanggaran-pelanggaran prinsip dan kebijakan pendidikan. d. Filsafat pendidikan memusatkan perhatian pada isu-isu dalam kebijakan dan praktek pendidikan yang mensyaratkan resolusi, baik dengan penelitian empiris ataupun pemeriksaan ulang rasional. e. Filsafat pendidikan melaksanakan suatu inkuiri dalam keseluruhan urusan pendidikan dengan suatu pandangan terhadap penilaian, pembenaran, dan pembaharuan sekumpulan pengalaman yang penting untuk pembelajaran. Terdapat suatu hubungan yang kuat antara perilaku seorang guru dengan keyakinannya mengenai pengajaran danpembelajaran, siswa, pengetahuan, dan apa yang bermanfaat untuk diketahui. Terlepas di mana seseorang berdiri berkenaan dengan kelima dimensi pengajaran tersebut, guru harus tahu perlunya merefleksikan secara berkelanjutan pada apa yang ia sangat yakini dan kenapa ia meyakininya. Dari uraian di atas terlihat bahwa peranan guru yang strategis, karena di tangannya terletak nasib generasi penerus, mengharuskan para guru memahami hakikat nilai, etika, estetika, sains, teologi, alam kosmos, pendidikan, dan hakikat anak didik. Pemahaman terhadap lapangan filsafat memberikan panduan dan dapat menumbuhkan keyakinan terhadap misi pendidikan yang diembannya sehingga tercipta perilaku mengajar yang lebih bermakna dan lebih bermanfaat bagi peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Halim, Abdul Hakim, Filsafat Ilmu dan Hakekat Penelitian, Materi Kuliah Umum di Universitas Pakuan Bogor pada tanggal 26 September 2010. Materi Pokok Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pakuan, 2010. Poespoprodjo, W., Logika Scientifika, Pengantar Dialektika dan Ilmu, Pustaka Grafika, Bandung, 1999. Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009. Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Search Makalah Tentang Covid 19 Terhadap Pendidikan. Riset yang dilakukan Hamadani (2006), Huda, Khatun dan Grantham-McGregor (2006) menunjukkan pemberian stimulasi psikososial pada anak usia 6-24 bulan dengan kurang gizi di Bangladesh, mampu meningkatkan perkembangan mental, kemampuan vokalisasi, kooperatif, sikap terhadap penguji, nada emosional, dan pengetahuan ibu tentang pengasuhan MAKALAH LATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok FILSAFAT PENDIDIKAN Dosen Pengampu Jaenal Abidin, Disusun Oleh Yuni Silvia Z NPM 1441170506003 Atun Hartinah NPM 1441170506005 Intan Sarah NPM 1441170506006 PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFAL FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2016 KATA PENGANTAR Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas khendak Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. meskipun banyak sekali kekurangan dan kesalahan didalamnya, namun kami berharap bisa memberikan sedikit pengetahuan tentang hal yang kami tulis ini. Makalah ini berjudul “Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan”, dimana didalamnya diterangkan tentang perkembangan pemikiran filsafat spiritualisme kuno, reaksi terhadap spiritualisme di Yunani, pemikiran filsafat Yunani kuno hingga abad pertengahan, pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates, Plato dan Aristoteles. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. kami menyadari bahwa dalam penuliasan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Karawang, Maret 2016 Penyusun, DAFTAR ISI Kata Pengantar ....................................................................................................i Daftar Isi ..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1 Latar Belakang.....................................................................................1 Rumusan Masalah................................................................................1 Tujuan .................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2 Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan ……………..……... 2 Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno …………….. 2 Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani ……………………...…… 6 Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan ……...…8 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates 470-399 SM ….....8 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato 427-347 SM …….......9 Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM …10 BAB III PENUTUP...........................................................................................14 Kesimpulan........................................................................................14 Saran..................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................16 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan the mother of sciences yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahaan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan kehidupanya. Diantara permasalahan yang dapat dijawab oleh filsafat adalah permasalahan yang ada dilingkungan pendidikan. Padahal menurut John Dewey, seorang filosof Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang terdapat dalam pengalaman pendidikan Apa yang dikatakan John Dewey memang benar. Dan karena itu filsafat dan pedidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan persoalal-persoalan pendidikan yang bersifat filosifis dan memerlukan jawaban secara filosofis. Dan pada makalah ini kami akan mencoba membahas latar belakang munculnya filsafat pendidikan perekembangan filsafat dan pemikiran filsafat dari beberapa filosof. Rumusan masalah 1. Bagaimana latar belakang munculnya filsafat pendidikan? 2. Bagaiamana reaksi pemikiran filsafat Spiritualisme kuno di Yunani? 3. Bagaimana pemikiran filsafat menurut Socrates, Plato dan aristoteles? Tujuan penelitian 1. Mengetahui latar belakang munculnya filsafat pendidikan. 2. Mengetahui reaksi pemikiran filsafat spiritualisme kuno di Yunani. 3. Memahami pemikiran filsafat menurut Socrates, Plato dan Aristoteles. BAB II PEMBAHASAN Latar Belakang Munculnya Filsafat Pendidikan Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu keadaan yang sebenarnya, apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana. Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun barat mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “ bilakah permulaan yang ada ini, dan apakah yang sesuatu yang pertama kali terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini” Rifai, 1994 67. Akan tetapi mereka akan berusaha untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, di mana pendidikan merupakan salah satu aspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karenaa itu, pendidikaan membutuhkan filsafat. Mengapa pendidikan membutuhkan filsafat? Karena masalah – masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman. Perkembangan Pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Kira-kira 1200-1000 SM sudah terdapat cerita-cerita lahirnya zarathusthra, dari keluarga sapitama, yang lahir ditepi sebuah sungai, yang ditolong oleh ahura Mazda dalam masa pemerintahaan raja-raja akhamania 550-530 SM. Timur jauh Yang termasuk dalam wilayah timur jauh ialah Cina, India dan jepang. Di India berkembang filsafat spiritualisme, Hinduisme, dan Buddhisme. Sedangkan di Jepang berkembang shintoisme. Begitu juga di Cina berkembang, Taoisme, dan Komfusianism. a. Hinduisme Pemikiran spiritualisme Hindu adalah konsep karma yang berarti setiap individu telah dilahirkan kembali secara berulang dalam bentuk manusia atau binatang sehingga ia menjadi suci dan sempurna sebagai bagian dari jiwa universal reingkarnasi . Karma tersebut pada akhirnya akan menemukan status seseorang sebagai anggota suatu kasta. Poedjawijatna 198654 mengatakan, bahwa para filosof Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan duniawi agar bisa masuk dalam kebebasan yang menurut mereka sempurna. b. Buddha Pencetus ajaran Buddha ialah Sidarta Gautama Kira-kira 563-483 SM sebagai akibat ketidakpuasannya terhadap penjelasan para guru Hindu isme tentang kejahatan yang sering menimpa manusia. Setelah melakukan hidup bertapa dan meditasi selama 6 tahun, secara tiba-tiba menemukan gagasan dan jawaban dari pertanyaannya. Gagasa-gagasan itulah yang kemudian menjadi dasar-dasa agama Buddha samuel Smith, 198612 . Filsafat Buddha berkeyakinan bahwa segala sesuatu yang ada di Dunia ini terliputi oleh sengsara yang disebabakan oleh “Cinta” terhadap suatu yang berlebihan. c. Taoisme Pendiri Taoisme adalah Leo Tse, Lahir pada tahun 604 SM. Tulisannya yang mengandung makna Filsafat adalah jalan tuhan atau sabda tuhan, Tao ada dimana-mana tetapi tidak berbentuk dan tida pula diraba, dilihat,dan di dengar. Manusia harus hidup selaras dengan tao, dan harus bisa menahan hawa nafsunya sendidi. Pengertian Tao dalam filsafat Lao Tse tersebut dapat dimasukan dalam aliran menurut aliran-aliran filsafat India dan Tiongkok, spirirtualisme itu berkaitan dengan Etika, karena ia memberi petunjuk bagaimana manusia mesti bersikap dan bertindak di dunia agar memperoleh bahagia dan kesempurnaan ruh Gazalba198660 d. Shinto Shinto merupakan salah satu kepercayaan yang banyak dipeluk masyarakat Jepang. Agama Shinto tumbuh di jepang yang sangat respek terhadap alam natural di sebabkan ajaran-ajaranya mengadung nilai antara lanin kreasi SOZO, generasi size, pembangunan hatten, sehingga ia menjadi jalan hidup dan kehidupan dan mengandung nilai optimis. Melihat ajaran-ajaran pokok moral Shinto yang mengandung makna filsafat yang tinggi diatas, maka tidalah berlebihan jika ajaran-ajaranya mengandung nilai motivasi dan optimistik guru menjadi pegangan bagi penganutnya Yahudi berasal dari nama seorang putra ya’kub, yahuda. Putra ke empat dari 12 bersaudar, 12 orang inilah yang kelak menjadi nenek moyang bangsa yahudi yang dinamakan bangsa Israel, agama yahudi pada prinsipnya sama dengan Agama nasroni dan Agama islam, karena itu Agama Yahudi disebut juga Agama kitab samawi , yang berarti agama yang mempunyai kitab suci dari Nabi. Pemikiran-pemikiran fisafat timur tengah muncul sekitar 1000-150 SM. Tanda-tanda yang tempat keberadaan pemikiran filsafat itu ialah adanya penguraian tentang bentuk-bentuk penindasan moral dari monotiesme, peredaran, kebenaran dan bernilai elama dua ribu tahun yang lalu dokrtin-doktrin monotiesme dan pengajaran tentang etnis yang di anggap penting dari kaum Yahudi, yang di kembangkan oleh Nabi musa dan para Nabi Elijah. Pendidikan di mulai guna mengangkat martabat dan pengharapan kemanusiaan pada masa depan Smith, 19864 b. Kristen pengikutnya agama Kristen pada waktu itu tidak ubahnya seperti penganut agama lainnya, yaitu dari golongan rakyat jelata. Setelah berkembang, pengikutnya merabah kekalangan atas, ahli fikir filosof , dan kemudian para pemikir atas kemajuannya, zaman ini disebut zaman patristic. Pater berarti bapa, yaitu para bapak gereja. zaman patristik adalah zaman rasul pada abad pertama , sampai abad kedelapan. Para filosofis Kristen pada masa itu mempunyai identitas yang berpariasi dan mempunyai banyak aliran. 2. RomawidanYunaniAntromornisme Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-sipat Tuhan pencipta dengan sifat-sifat manusia yang di ciptakan . Misalnya tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia. Paham ini muncul zaman patristic dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian. Aliran-aliran filsafat yang memepunyai pengaruh sangat besar di roma adalah, pertama, epistimologi, yang di motori oleh epicurus 341-270 . Epicurus mengatakan bahwa rasa suka dimiliki apabila hidup secara relevan dengan alam manusia. Sementara rasa duka merupakan yang terburuk dan patut di hindari. Kedua, aliran stoa, yang dipelopori oleh zani 336-246 . Aliran mempunyai pendapat bahwa adanya kebajikan itu apa bila manusia hidup sesuai dengan alam Poedjawi jatna, 198622 ’ Dalam sejarah, filsafat Yunani dipakai sebagai penangkal sejarah filsafat barat. Dikatakan pangkal karena dunia barat dalam alam pemikiran mereka berpangkal pada pemikiran i Yunani sejak sebelum permualaan tahun masehi, ahli-ahli piker mecoba menarik teka-teki alam, mereka ingin mengetahui asal mula alam serta dengan isinya. Pada masa itu terdapat keterangan-keterangan mengenai proses terjadinya alam semesta dan isinya, semua keterangan tersebut sebatas kepercayaan semata. Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari materialisme Poerwadarmita 1984963 . Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka lahirlah aliran materialism. Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus 460-370 SM , yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom, dan semuanya adalah materi. Kemudian, lahirlah pula aliran rasionalisme Rane Descrates, yang menyatakan bahwa pusat segala sesuatu terletak pada dunia ratio, semesta yang lain adalah objeknya. 1. Idealisme Tokoh aliran idealism adalah plato 427-372 SM . Ia adalah murid Socrates. Aliran idealism merupakan suatu aliran filsafat yang menggagungkan jiwa. Menurut aliran ini, cinta adalah gambaran asli yang bersifat ruhani dan jiwa terletak di antara gambaran asli Suryadipura, 1994 133 . Dari pertemuan jiwa dan cinta lahirlah suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah idea. Idea selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang mengalami gerak tidak di kategorikan idea poedjawijatna,198723. Disisi lain filsafat idealism plato banyak memberikan pengaruh dan sumbangan dalam dunia pendidikan. Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara. Setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu yang ada sesuai dengan bakat, minat, dan kemampan masing-masing sesuai jenjang usianya. Pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa Negara. Merupakan aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan, aliran ini, benda merupakan sumber segalanya poerwadarminta, menurut 1984683 , aliran ini berpikiran sederhana, bahkan segala sesuatu yang ada di dalam ini dapat di lihat dan di observasi, baik wujudnya, gerakanya maupun peristiwa-peristiwanya. T okoh-tokoh aliran materialisme diantaranya adalah Leukipos dan Demokritus 460-370 SM . Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan gerak suryadipura, 1994130 . Atom tersebut membentuk satu kesatuan yang di kuasai oleh hukum-hukum fisis kimiawi, dan atom-atom yang tertinggi nilainya dapat membentuk manusia, dan kemungkinan yang dimiliki manusia tidak melampaui kemungkinan kombinasi-kombinasi atom. Oleh karena itu, tidak melampai potensi-potensi jasmani, karena keduanya memiliki sumber yang sama. Demikian juga dengan keberakhiran atau kematian, disebabkan karena hancurnya struktur atom-atom pelemburan dan kombinasi atom-atom yang ada pada manusia atau alam lainnya. 3. Rasionalisme Pelopor aliran rasionalisme adalah Rane Descrates 1595-1650 . Ia juga penggerak dan pembaru pemikiran modern abad ke-17 selama 198878 . Menurutnya, sumber pengatahuan yang dapat di jadikan patokan dan dapat di uji kebenaranya adalah rasio, sebab pengetahuan yang berasal dari proses akal dapat memenuhi syarat-syarat ilmiah. Dengan demikian akal di anggap sebagai perantara khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan. Hal senada juga dinyatakan filosof Blaise Pascal 1632-1662 , bahwa akal adalah tumpuan utama dalam menjalani pengetahuan untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kemampuan dalam menganalisis bahan objek . Tetapi disis lain, akal tidak dapat menemukan pengertian yang sempurna tanpa ada keterkaitan dengan pengalaman. Karena dalam mengambil suatu keputuasan yang berfungsi tidak saja akal, tetapi hati juga turut menentukan. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan Suatu pandangan teroritis itu mempunyai hubungan erat dengan lingkungan di mana pemikiran itu di jalankan, begitu juga lahirnya filsafat yunani pada abad ke-16 SM. Bagi orang yunani, filsafat merupakan ilmu yang meliputi semua pengetahuan ilmiah. Di yunanilah pemikiran ilmiah mulai tumbuh, terutama di bidangfilsafatpenidikan. Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan melalui budinya. Misalnya dengan menanyakan dan mencari jawaban tentang apakah sebetulnya ala mini? Apakah intisari alam arche ini. Arche berasal dari bahasa yunani yang berarti mula, asal. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam, maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam. Masa pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme. Kaum sopis ini pertama kali di Athena. Sofis berasal dari kata sofhos yang beati cendikiawan. Sebutan ini semula diberikan kepada orang-orang pandai ahli filsafat, ahli bahasa, dan lain-lain. Aliran sofis dipelopori oleh protogoras. Menurut kaum sofis, manusia menjadi ukuran kebenaran tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran hanya berlaku secara individual. Kebenaran itu menurut saya, dan retorika merupakan alat utama utuk memepertahankan kebenaran salam, 1982107. Dalam sejarah kaum sofis adalah kelompok yang pertama kali mengorganisasi pendidikan kaum muda. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates 470-399 SM Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat. Socrates lahir di Athena, merupakan putra seorang pemahat dan seorang bidan yang tidak begitu di kenal, yaitu Sophonicus dan Phaenarete smith,198619 . Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis. Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya. Seorang guru tidak boleh memaksakan gagasan-gagasan atau pengetahuannya kepada seorang siswa, karena seorang siswa di tuntut untuk bisa mengembangkan pemikirannya sendiri dengan berpikir secara keritis. Metode ini tidak lain di gunakan untuk meneruskan inelektualitas, mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan kekuatan mental seseorang. Dengan kata lain, tujuan pendidikan yang benar adalah untuk merangsang penalaran yang cermat dan di siplin mental yang akan menghasilkan perkembangan intelektual yang terus menerus dan sestandar moral yang tinggi Smith. 198625 . Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato 427-347 SM Plato dilahirkan dalam keluraga aristrokrasi di Athena, serikat 427 SM. Ayahnya Ariston, adalah keturunan dari raja pertama Athena yang pernah berkuasa pada abad ke-7 SM. Semnentara ibunya, periction adalah keturunan keluarga solon, seorang pembuat undang-undang, penyair, memimpin militer dari kaum ningrat dan pendiri demokrasi Athena termuka smith, 198629. Menurut plato, pendidikan itu sangat perlu, baik bagi dirinya selaku individu maupun sebagai warga Negara. Negara wajib memberi pendidikan kepada setiap warga negaranya. Namun demikian, setiap peserta didik harus diberi kebebasan untuk mengikuti ilmu sesuai bakat, minat, dan kemampuan masing-masing jenjang usianya. Sehingga pendidikan itu sediri memberikan dampak dan perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa, dan Negara. Menurut plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia, maka ia harus di selenggarakan oleh Negara. Karena pendidikan itu sebenarnya merupakan suatu tidakan pembebasan dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Dengan pendidikan, orang-orang akan mengetahui apa yang benar dan apa yang tidak benar. Dengan pendidikan pula, orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang tidak patut Raper,1988110. Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis, yang melaksanakan tugas-tugasnya secara efesien sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Plato, pendidikan direncanakan dan deprogram menjadi tiga tahap sesuai tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga hingga sampai dua puluh tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga, dari tiga puluh tahun samapi empat puluh tahun. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles 367-345 SM Aristoteles adalah murid plato. Dia adalah seorang cendikiawan dan intelek terkemuka, mungkin sepanjang masa. Umat manusia telah berutang budi padanya oleh karena banyaknya kemajuan pemikiranya dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, khususnya logika, politik, etika, biologi, dan psikologi. Aristoteles lahir tahun 394 SM, di Stagira, sebuah kota kecil di semenanjung Chalcidice di sebelah barat laut Egea. Ayahnya, NIchomachus adalah dokter perawat Amyntas II, raja Macedonia, dan ibunya, phaesta mempunyai nenek moyang terkemuka. Menurut Aristoteles, agar orang bisa hidup baik maka ia harus mendapatkan pendidikan. Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi bingbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi, yaitu akal, guna mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar. Aristoteles mengemukakan bahwa pendidikan yang baik itu yang mempunyai tujuan tujuan untuk kebahagiaan. Kebahagiaan tertinggi adalah hidup spekulatif Barnadib. 199472. BAB III PENUTUP Kesimpulan Ø Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno. Ø Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan keruhanian, lawan dari materialisme Poerwadarmita 1984963 . Namun demikian, ternyata ada beberapa filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Ø Dalam sejarah filsafat, Socrates adalah salah seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofis dan metode pengajaraanya sangat mempengaruhi teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia barat Ø Menurut Plato, tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga ia menjadi seorang warga Negara yang baik, masyarakat yang harmonis Saran Ajaran filsafat yang komprehensif telah menempati status yang tinggi dalam kehidupan kebudayaan manusia, yakni sebagai ideologi suatu bangsa dan negara. Tujuan berfilsafat adalah membina manusia mempunyai akhlaq yang tertinggi. Demikian makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, dan kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA Hermawan, A. Haris. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI. Jalaluddin, dan Said Usman. 1994. Filsafat Pendidikan Islam Konsep Pengembangan Dan Pemikirannya. Jakarta Raja Grafindo Persada. Sadullah, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung Antasari Press. Salahudin, Anas. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung Pustaka Setia.LatarBelakang Munculnya Filsafat Pendidikan Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Didalam filsafat pendidikan akan kita jumpai berbagai macam hal baru yang tentunya akan menambah wawasan keilmuan kita.
0% found this document useful 0 votes6K views8 pagesOriginal TitleLATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes6K views8 pagesLatar Belakang Munculnya Filsafat PendidikanOriginal TitleLATAR BELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT to Page You are on page 1of 8 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 7 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.LATARBELAKANG MUNCULNYA FILSAFAT PENDIDIKAN . 1. Manusia dengan Cipta, Karsa, dan Rasa. a. Cipta. Istilah cipta itu mempunyai arti kadang- kadang berarti pemunculan sesuatu yang belum pernah ada, kadang- kadang berati pikiran. 2 Pendidikan pendahuluan bela negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu: a) pertama tahap awal pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan dalam gerakan Pramuka. b) Tahap lanjutan dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan tinggi. (Pasal 19 ayat [2]) . 189 62 111 69 10 311 373 384